Getaran Hati
Cerpen II by faizanaza
Aku memasuki ruang kelas kursusku. Saat
pintu nya aku buka, udara sejuk dari dalam langsung menimpa tubuhku. Dingin. “Assalammualaikum.”
Dikelas sudah ada yang mengajar. Dia
adalah Kakak Hena—guru biologi. Dia sedang duduk di kursi guru. Aku menyalami
dan mencium punggung telapak tangan nya sebelum aku duduk di kursi kosong yang
ada disebelah Azra.
Hari ini tidak seperti biasanya. Hari
ini aku bersama teman-temanku duduk dibarisan ketiga, di barisan khusus anak
laki-laki pula. Dikarenakan salah satu temanku ada yang sedang meriang, dan
sebuah pendingin ruangan diletakkan dihadapan barian kursi-kursi para putrid. Jadi,
kami singgah di tempat para putra.
Aku mengeluarkan buku modulku. Aku membuka
halaman yang Azra beri tahu padaku, halaman 98. Kak Hena sedang menerangi
pelajaran. Suara kak Hena menggema di kelas. Tapi tiba-tiba suara nya terhenti
akibat seseorang yang mengucapkan salam, “Assalammualaikum.”
Laki-laki itu masuk dan melakukan
aktivitas yang sebelumnya aku lakukan juga—menyalami dan mencium punggung
telapak tangan nya. Ya ampun, bahkan dari dia masuk ke kelas sampai ia duduk di
kursi nya, mataku tak ada henti-henti nya menatap nya. Dia selalu memakai jaket
hitam favorit nya.tapi saat ia sudah duduk di kursi nya, ia pasti melepas jaket
nya.
Setelah kami mengerjakan soal-soal
biologi dari kak Hena. Sebuah bel yang menandakan bahwa saatnya pergantian jam
telah berbunyi. Kak Hena lalu meninggalkan kelas kami. Dan sekarang digantikan
oleh guru Bahasa Indonesia, Kak Lusi.ntah mengapa setiap aku di ajari oleh Kak
Lusi aku selalu deg-degan.
Tapi aku suka dengan Kak Lusi. Gaya pakaian
nya sederhana, namun tetap cantik. Tubuh nya pun langsing, tapi menurutku
kurang tinggi. Terus yang bikin dia jadi manis itu kalau menurutku, wajah nya
yang putih dengan tahi lalat yang ada didekat bibir tepat nya disebelah kanan. Dan
pakaian yang ia kenakan hari ini adalah rok hitam bermotif—motif rok nya juga
tidak terlalu ramai, dan blouse
lengan panjang yang berwarna merah muda, serta kerudungan nya yang berwarna
merah muda. Pokok nya kelihatan cerah dan segar.
Saat masuk, Kak Lusi langsung duduk.
Membuka buku absen. Mengabsen kami satu per satu.
Setelah mengabsen, barulah Kak Lusi
menerangi pelajaran yang akan dipelajari hari ini. Hari ini dia mengajari
tentang EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Kak Lusi menuliskan kata sebanyak
murid-murid yang ada di kelas, yaitu dua belas di papan tulis. Perintah nya,
tentukan kata itu sudah benar apa belum penulisan nya. Jika sudah, beri tanda
ceklis. Dan jika belum, beritanda silang lalu sertakan pembenaran nya disamping
kata yang ditulis Kak Lusi.
Satu per satu anak telah maju. Saat nama
dia—Fran—yang giliran dipanggil. Aku terus
melihat nya, melihat ia maju, menulis jawaban nya di papan tulis dan kembali
duduk di kursi. Namun, bagaikan ada sesuatu yang menggelitiki sehingga hatiku
bergetar. Sebelum dia benar-benar meletakkan bokong nya dikursi nya, dia sempat
melihatku, menatapku. Bahkan aku tak sempat membuang pandangan ku. Aku jadi
malu sendiri.
Ketahuan sudah kalau aku selalu
memperhatikan nya dalam diam.
Aku mencoba untuk rileks, walau
sebenar nya hatiku masih ber-disko. Aku mencoba menganggap bahwa kejadian itu
tak pernah terjadi. Tetapi, sulit sekali. Baying-bayang kejadian tadi terus
menghantuiku. Iris mata nya yang berwarna cokelat terlihat jelas. Melihatku dengan
tatapan seperti, apa ya? Sinis, mungkin. Namun tidak juga. Ah sudahla. Dia hanya
melihatmu. Masa iya aku se-baper ini
hanya karena diperhatikan oleh iris mata cokelat nya?
“Elma.” Kali ini kak Lusi memanggil
nama ku. Aku melangkahkan kaki ke depan, mengambil spidol yang ada di meja
guru. Jarak dari meja guru dengan kursi Fran tidak jauh, bahkan bisa dibilang
sangat dekat. Aku sedikit gemetar saat menuliskan jawaban di papan tulis. Ya,
karena Fran. Saat ini aku berharap kalau Fran tidak mengetahui kalau aku sedang
gemetaran.
Kak Lusi melanjutkan pelajaran nya
lagi. Saat ini membahas tentang garis hubung (-). Dalam mengajar nya, kak Lusi
kadang memberikan beberapa pertanyaan dengan kami. Kau tahu? Beberapa pertanyaan
dijawab olehku dan dia. Oke, anggap
aku lebay. Tapi sungguh, aku sangat
senang sekali. Dan hanya karena itu saja hatiku kembali bergetar.
oO0Oo
Saat nya bel pulang dibunyikan. Pukul
19.00, para murid langsung berhamburan keluar dari kelas. Bukan hanya dari
kelasku saja, bahkan kelas lain pun juga ada. Sambil menunggu supir pribadiku
menjemput, aku duduk di kursi yang disediakan di ruang tunggu. Saat duduk aku
juga memperhatikan Fran, menaiki motor nya lalu mengeluarkan motor nya dari
parkiran.
Boom!
Sebelum motornya melesat, Fran kembali menatapku. Mata kami bertemu kembali. Lampu-lampu
di dalam hati ku pasti kembali dinyalakan. Musk-musik kembali dimainkan. Sehingga
hatiku bergetar kembali.